Tulisan ini merupakan artikel yang penulis kirim saat mengikuti seleksi magang posisi content writer Indonesia Mengajar sebagai syarat dalam proses seleksi.
Dalam upaya memastikan kualitas pendidikan, akses pendidikan harus didukung oleh fasilitas yang memadai dan terjangkau. Permasalahan ini seringkali luput dari perhatian. Dalam beberapa kasus, pembangunan fasilitas umum mendasar yang tidak merata seringkali mengharuskan pelajar untuk menempuh waktu perjalanan yang lama dan seringkali berbahaya.
Ketimpangan akses pendidikan tidak hanya terlihat dari segi fasilitas pendidikan dan kualitas pengajar antara wilayah rural dan urban. Ketimpangan juga terlihat dari fasilitas pendukung yang menunjang kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung. Jika pelajar di daerah perkotaan atau urban sudah terbantu dengan fasilitas yang cukup memadai, lain halnya dengan pelajar di daerah rural. Hingga tahun 2023 kemarin masih ditemukan kasus mengenai pelajar yang tidak bisa mengakses sekolah karena jembatan putus atau belum dibangun. Terkait isu ini, RRI melaporkan orangtua murid di Singaraja terpaksa secara swadaya membangun jembatan guna memudahkan akses anak-anak mereka ke sekolah[1]. Laporan lainnya berasal dari lokasi yang tidak jauh dari pusat ibukota, tepatnya di di Lebak, Banten. Di sana anak murid harus melalui jembatan gantung dengan kondisi berbahaya dan memprihatinkan menuju sekolah[2]. Selain membahayakan keselamatan para pelajar, hal ini berdampak pada produktivitas jam pembelajaran dan energi siswa yang habis hingga sampai di sekolah. Selain murid, guru di wilayah pelosok juga seringkali terkena dampak pembangunan infrastruktur pendukung yang tidak merata. Mengutip kisah salah satu guru, Pak Rudi dari Sumatera Selatan, yang harus menerjang deras arus sungai dan memastikan seluruh anak muridnya selamat dengan menarik rakit bambu. Pak Rudi juga menginginkan akses yang lebih memadai[3].
Fenomena ini tentu banyak tersebar di berbagai penjuru Indonesia, terutama di daerah yang jauh dari pengawasan dan bukan prioritas pembangunan. Selain itu, Pembangunan fasilitas seperti jembatan juga mempermudah para murid mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, kunjungan belajar hingga keikutsertaan kompetisi antar siswa dengan sekolah lainnya. Pembangunan fasilitas juga tidak hanya mempermudah para murid maupun tenaga pengajar, namun juga mempermudah logistik pendukung untuk masuk ke sekolah-sekolah, terutama logistik yang mungkin sulit didapat di daerah rural seperti buku-buku bacaan yang memadai.
Kehadiran fasilitas pendukung lainnya juga menjadi penting terutama Ketika membicarakan konektivitas dalam upaya mendukung peningkatan pemerataan Pendidikan dan kualitas Pembangunan manusia. Di daerah urban, mobilitas yang tinggi berdampak pada pola pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas fasilitas umum, termasuk transportasi umum. Para murid maupun mahasiswa tidak mengalami kesulitan melakukan mobilitas sehari-hari menuju ke sekolah atau universitas. Namun, mungkin bentuk dukungan ini belum sepenuhnya tersebar secara merata terutama di wilayah-wilayah rural di Indonesia. Dukungan sumber daya kepada wilayah-wilayah terpencil guna meningkatkan Pendidikan Indonesia juga memerlukan fasilitas penghubung. Agar semakin banyak masyarakat daerah dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yang kemungkinan besar tidak terdapat di daerah asalnya, diperlukan fasilitas pendukung yang terjangkau. Dalam mempertibangkan efisiensi serta aksesibilitas dari segi finansial, pemerintah sudah selayaknya memperluas jaringan kendaraan umum seperti Kereta maupun moda transportasi umum lainnya. Sama seperti pembangunan fasilitas pendukung lainnya, perluasan jaringan moda transportasi seperti kereta juga berdampak pada meningkatnya mobilitas dan interaksi antar institusi pendidikan.
Pemerataan kualitas pendidikan antara wilayah urban dan rural juga tidak hanya berpusat pada peningkatan fasilitas pendidikan, namun juga fasilitas pendukung. Penyelesaian permasalahan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan partisipasi pendidikan Indonesia.
Referensi
[1] Bayu Wira Handyan. “Akses
Sekolah Sulit, Orang Tua Siswa Swadaya Bangun Jembatan”. Diakses melalui Radio
Republik Indonesia
https://www.rri.co.id/daerah/339141/akses-sekolah-sulit-orang-tua-siswa-swadaya-bangun-jembatan
pada 25 Januari 2024
[2] DetikNews. “ Siswa di
Lebak Nekat Seberangi Jembatan Rusak Tiap ke Sekolah”. Diakses melalui
https://news.detik.com/foto-news/d-6578923/siswa-di-lebak-nekat-seberangi-jembatan-rusak-tiap-ke-sekolah
pada 25 Januari 2024
[3] Muhammad Halim. “Kisah Pak
Rudi: Bercita-Cita Bangun Jembatan, Agar Murid Tak Lagi Jadi Korban”. Diakses
melalui Edoo https://edoo.id/2022/11/kisah-pak-rudi-bercita-cita-bangun-jembatan-agar-murid-tak-lagi-jadi-korban/
pada 25 Januari 2024
This Article was submitted for Indonesia Mengajar Magang application.
Comments
Post a Comment