Please, JBL.

Kemungkinan Haikal berhasil menyusun timeline belanja online: 2 out of 10. Becanda. It's actually higher than that. But the thing is, I rarely want to do shopping, let alone online shopping. Awal 2019 mesen kaos dan kemeja, perhitungannya sampai sebelum pulang kampung. Ternyata, si clothing line yang punya kaos polos sabi ini pindahan warehouse, dong. Kalo aku ga salah dari Jakarta ke Bandung. Kewalahan, dong. Anehnya, orderan dari akun mereka di laman e-commerce masih dibuka.  Mana ga satu e-commerce doang, lagi. Sialnya, di salah satu e-commerce inilah aku melakukan pesanan. Pesenan pada ga berhenti, apalagi ada diskon akhir tahun. Aku yang menjadi salah satu korban pun ikut-ikutan protes ke kolom komentar unggahan si pemilik toko. Rame banget, sumpah. Aku yang ngebaca aja merasa iba. Anehnya, pemilik toko kayaknya sempat menghilang. Bahkan, aku sempat nge-spam dari akun line mereka. Dibaca, iya. Dibalas juga iya. Tapi diundur-undur terus. Kalau dipikir-pikir ulang sih, bukan sepenuhnya salahku. Karena, udah ditransfer dari seminggu sebelumnya, masih belum kekirim. Padahal milih pengiriman yang lumayan cepat. Walhasil, aku gabisa pake kemeja buat sidang terbuka doktor seniorku di kampus. Trus, kaos-kaos polos sabi juga gabisa dipakai waktu berangkat latihan renang di Kampung. Penyesalan banget, sih. 

Nah, JBL kejadiannya barusan. Kayanya saking antinya sama belanja online, aku ga tau sistem pengelolaan dan respon penjual. Kali ini e-commerce yang berbeda. Dan ini pengalaman pertamaku dengan e-commerce yang ini. Nah, ternyata si merk audio yang sabi ini approval ratingnya sabi. Reviewnya juga sabi (ya iyalah, JBL). Karena earphone Samsung Originalku (you heard it) rusak, aku memutuskan untuk memesan yang baru. Pakai earphone asli senyaman itu memang, budsnya lembut, ga sakit di telinga, suaranya jelas, jernih, pokoknya top deh. Dibandingin sama yang biasa dijual mamang-mamang di konter pulsa, ya jauhlah. Tapi karena udah menewaskan banyak earphone samsung, jadinya bosan. Warnanya putih, terus gabisa dibawa olahraga karena ga sweatproof. Kebetulannya lagi, barusan juga nyobain earphone JBL temen yang suaranya sabi bet. Jernih, dan murah. Murah ya karena ga wireless dan kek earphone biasa. But, still. Mana warnanya item merah lagi. Dimulailah pencarianku mencari earphone sejati.

Nah, setelah melakukan research mendalam, kuputuskan untuk memesan dari e-commerce ini. Kebetulan ada diskon barang elektronik, 50 persen, dari store resmi pula. Terjamin lah ya keasliannya. Setelah membayar pada Selasa, seharusnya sampai sebelum sabtu, karena Sabtu waktunya balik. Nah, celakanya aku ngebaca Kamis waktu maksimal pemrosesan. Kan mikir ya, kalo ampe kamis baru diproses, dikirimnya kapan lagi? Nah, setelah Rabu siang diproses, Kamis dikirim. Estimasi barang sampai hari Minggu. Padahal diriku sudah membayangkan menonton Brooklyn 99 di atas pesawat. Gimana ga kecewa, coba. Udah bolak-balik milih, bandingin harga, ngetag kalo barangnya abis karena stoknya tinggal 8 lagi. Tidak ingin mengalah, jadilah costumer service si e-commerce kuteror. Belum lagi JBL yang selalu kutanya sampai pertanyaanku dijawab mesin otomatis, mereka offline, dong. Trus, bela-belain nyamperin JNE buat nanya percepatan paket, bela-belain beli paket buat nelpon costumer service buat nanyain. Ternyata kata CS JNE kalau Jumat, jika tidak ada halangan, barang seharusnya sampai. Tapi ada kemungkinan akan sampai Sabtu. Sebenarnya hasilnya nihil juga sih, karena tidak menenangkan. Semoga besok sampai, so you won't be my BIGGEST REGRET on this online shopping world, JBL!

Update: Nyampe kok hari Jumat. So, this reviews went well, I guess.

Comments