Perubahan sosial dapat dimulai oleh siapa saja dan dari mana saja. Agar perubahan berlangsung, diperlukan sosok inisiator sebagai simbol pergerakan. Salah satu simbol perubahan tersebut adalah Bu Sri Erni Assri, atau yang akrab disapa Bu Asri. Bu Asri yang tinggal di Rawa bunga RW 04 Jatinegara ini melihat kondisi sehari-hari di mana anak-anak yang tinggal di sekitar rumahnya hanya menghabiskan waktu dengan bermain. Selain itu, Bu Asri juga melihat permasalahan lain yaitu keterbatasan ruang anak untuk bermain. Permasalahan lain yang Bu Asri lihat adalah perilaku anak-anak yang kurang baik. Anak-anak biasanya menjuluki teman-teman mereka dengan panggilan pekerjaan orang tua mereka, yang terkadang, bukan merupakan pekerjaan yang dianggap baik. Anak-anak Rumah Belajar Bu Asri ada yang berasal dari orang tua yang bekerja sebagai Pekerja Seks, Preman, dan berbagai pekerjaan lainnya. Kondisi lingkungan Bu Asri juga sangat padat dan kumuh. Anak-anak yang sering bermain di luar biasanya tinggal dengan kedua orang tua mereka dan saudara-saudara mereka dalam rumah kontrakan yang sempit dan kecil. Permasalahan lainnya, Bu Asri juga menemukan setiap malam minggu, banyak remaja-remaja yang menghabiskan waktu mereka menyendiri di tempat-tempat yang sepi. Hal ini juga yang menurut penuturan Bu Asri menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat pernikahan di bawah umur di kawasan Bu Asri tinggal. Selain itu, menurut penuturan Bu Asri, tidak jarang pula Bu Asri melihat orang tua berteriak kepada anak-anak mereka di pagi hari untuk menyuruh bersekolah, dan sesekali ada juga yang melakukan kekerasan.
|
Suasana ruang belajar |
Berangkat dari permasalahan yang Bu Asri lihat dan temui dari lingkungan sekitarnya, Bu Asri kemudian memutuskan untuk mendirikan Rumah Belajar. Rumah Belajar ini terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar, anak-anak yang datang tidak dibatasi usianya. Setiap hari Sabtu mulai pukul 13.00, kegiatan belajar dimulai. Pelajaran yang diajarkan adalah Matematika dan Bahasa Inggris. Anak-anak yang mengikuti kegiatan belajar diajarkan mengenai operasi hitung sederhana serta kosakata dan kalimat dasar dalam Bahasa Inggris. Namun, selain pembelajaran tersebut, Rumah Belajar Bu Asri juga mengajarkan keterampilan seperti musik dan menari juga berbagai pembelajaran moral seperti sopan santun serta pendidikan mengenai hak anak. Bahkan anak-anak bisa datang bertanya kapanpun jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Selain pendidikan gratis, Bu Asri juga menyediakan fasilitas gratis mulai dari rumah Bu Asri, buku-buku bacaan, krayon, meja belajar, makanan dan akses internet guna menunjang kegiatan belajar serta bermain mereka. Fasilitas-fasilitas ini semua diperoleh dari dana pribadi Bu Asri. Keihklasan Bu Asri kemudian diikuti dengan beberapa dukungan seperti dari Wahana Visual Indonesia yang membantu menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti papan tulis, koleksi buku dan sebagainya. Selain menyediakan berbagai fasilitas dan kebutuhan anak-anak, Bu Asri juga memberikan apresiasi kepada anak-anak yang memperoleh hasil belajar yang baik. Bentuk apresiasi ini biasanya berupa wisata ke berbagai tempat seperti Monumen Nasional, Taman Mini, dan sebagainya. Bentuk apresiasi ini dilakukan Bu Asri guna memotivasi anak-anak lainnya untuk lebih giat belajar dan terus semangat mengejar cita-cita mereka. Tidak hanya menyasar anak-anak, Bu Asri juga sempat mencoba berbagi mengenai pola asuh orang tua yang baik dengan ibu-ibu di lingkungan tempat Bu Asri tinggal. Namun, dikarenakan respon yang kurang antusias, lambat laun peserta yang terlibat semakin sedikit dan pada akhirnya berhenti.
|
Perlengkapan belajar anak-anak |
Berbeda dengan berbagai gerakan sosial pada umumnya, Rumah Belajar Bu Asri dijalankan bersama dengan keluarganya. Inisiatif mendirikan Rumah Belajar ini juga diinisiasi anak-anak Bu Asri yang memiliki pemikiran serta kepedulian yang sama dengan lingkungan sekitar mereka. Kedua anak Bu Asri, Sarla dan Gufi menjadi pengajar anak-anak. Di tengah kesibukan, Sarla sebagai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Gufi sebagai mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas di Jakarta, mereka masih menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak rumah belajar. Keterlibatan keluarga Bu Asri mempermudah kegiatan belajar mengajar. Kedua anak Bu Asri juga sering mengajak teman-teman mereka untuk ikut mengajar bersama. Hal inilah yang membedakan rumah belajar Bu Asri dengan yang lain. Suami Bu Asri juga terkadang ikut mengajar. Pembagian peran serta kerjasama antar anggota keluarga ini menjadi salah satu kunci keberhasilan Rumah Belajar hingga saat ini.
Pada awal didirikan, Bu Asri tentu menemukan halangan serta rintangan. Hal inilah yang menyebabkan kemunculan rasa tidak percaya serta curiga dari para orang tua. Kendala lainnya adalah apresiasi Bu Asri terhadap anak yang berprestasi tidak disambut baik oleh orang tua dikarenakan muncul rasa iri. Sikap ini jugalah menurut penuturan Bu Asri yang menyebabkan orang tua kemudian melarang anak mereka untuk datang kembali ke Rumah Belajar Bu Asri. Selain itu, kendala lainnya adalah anak-anak disuruh untuk menjaga adik-adik mereka yang masih kecil sementara orang tua mereka pergi bekerja. Tanggungjawab anak-anak tersebut menjaga adik mereka menghalangi kesempatan serta hak mereka sebagai seorang anak untuk bermain, belajar, berteman, berkembang dan menikmati waktu mereka. Membawa adik mereka ke Rumah Belajar pun juga menjadi tantangan tersendiri, karena suasana menjadi tidak kondusif dan mendukung untuk kegiatan belajar. Walaupun, Bu Asri sendiri tetap merasa itu semua merupakan bagian dari konsekuensi yang harus Bu Asri jalani.
|
10 Hak Anak |
|
Hasil lukisan anak-anak |
Namun, hingga lima tahun ke belakang Bu Asri semakin merasa orang tua semakin terbuka dengan perubahan serta peduli dengan pendidikan anak-anak mereka. Perubahan yang paling signifikan yang Bu Asri lihat langsung adalah bagaimana sikap hormat anak kepada orang tua yang semakin terasa. Perubahan ini menjadi hal yang membuat Bu Asri sangat bahagia. Semangat Bu Asri untuk terus memperjuangkan pendidikan dan hak anak menjadi pelita di tengah kesibukan manusia dalam urusan masing-masing. Sosok Bu Asri di tengah riuhnya ibu kota menghadirkan suasana lingkungan sekitar yang humanis dan harmonis dengan perubahan-perubahan yang bisa jadi tidak signifikan di mata banyak orang, tapi sangat berarti bagi Bu Asri. Terlepas dari berbagai halangan dan rintangan yang dihadapi Bu Asri, Bu Asri tetap tidak lelah menebar kebaikan dengan Ikhlas dan menjaga nyala asa tetap hidup di hati anak-anaknya. Bu Asri sendiri berharap kelak anak-anak yang telah dididik dan belajar di Rumah Belajar turut berkontribusi dan berbagi dengan adik-adik mereka, sehingga siklus kebaikan akan terus berlanjut. Bu Asri merupakan salah satu dari tokoh pergerakan di Ibukota. Masih banyak ibu-ibu yang tak henti menginspirasi dan menebar benih kebaikan. Ikuti cerita #AksiHidupBaik lainnya di akun Youtube dan Instagram @Ibu.Ibukota.
|
Bu Asri Bersama anak-anak Rumah Belajar Asri |
|
Sehat terus Bu Asri! |
Comments
Post a Comment