Kebun Apel, Universitas Indonesia
Ketika sedang menulis esai, sering sebenarnya aku bingung memikirkan kata apa yang sesuai namun masih tetap dapat dipahami. Karena, tujuan esai ya agar bisa dipahami banyak orang dari lintas ilmu. Namun bahasa juga perlu diperhatikan agar tetap saintifik. Lama memikirkan kata yang sesuai karena keterbatasan kosakata, aku kemudian merenung dan mengingat pengalamanku dengan bahasa dan kata-kata.
Aku cukup rajin membaca, menulis puisi, bahkan pernah hampir menyelesaikan cerpen (prestasi menulis terbaikku). Tapi, kata-kata yang kuketahui kebanyakan kata prosa, bukan kata yang enak dipakai untuk percakapan sehari-hari. Waktu pada akhirnya kuliah di UI, sebenarnya aku tidak mengalami masalah berarti dalam berkomunikasi. Hal ini juga dikarenakan aku sudah pernah tinggal di kota lain di pulau Jawa sebelumnya selama satu tahun. Selama tinggal di Jawa, aku juga punya beberapa teman dari Jakarta yang seringkali enggan menggunakan aku dan tetap kekeuh pakai lo gue yang juga membuatku terbiasa dengan lo gue.
Tapi lain cerita ketika pertama kali menginjakkan kaki di pulau Jawa. Logat yang masih kentara dan cenderung bernada tinggi seringkali membuat temanku mengernyit tanda bingung. Nih anak marah apa gimana ya? Belum lagi kata-kata seperti semalam yang artinya kemarin, cemana yang seharusnya gimana dan masih banyak lagi. Bahkan saking takutnya, kejadian memalukan terjadi. Temanku, D chat lineku bertanya: Kok belum kirim foto si? biar dieditin twibbon (ceritanya maba lagi buat twibbon gathering). D kebetulan orang Semarang yang berasal dari Pulau Jawa (tidak menjelaskan tapi intinya gaya kita ngomong beda). Kemudian kubalas: Sori nih D, wifiku mati soalnya listrikku padam. Sontak D membalas dengan wkwk-nya dan berkata: wuih bahasanya rapi banget...
Aneh sih kalau dipikir-pikir kenapa harus mengikuti bahasa orang kebanyakan. Yang pasti alasan utamanya adalah karena kita takut tidak diterima. Hal ini jugalah yang membuatku sampai sekarang menggunakan lo gue, meskipun belakangan aku semakin sering menggunakan aku. Yang sampai sekarang menjadi pertanyaanku adalah, emang salah ya kalau bilang listrik padam?
Comments
Post a Comment