Ruang Tamu Rumah.
Hari ini hari Minggu. Rumah seperti biasa. Seperti biasa lagi, terhitung beberapa jam ke depan aku kembali meninggalkan rumah, meninggalkan kota dan meninggalkan Pulau Sumatera. Biasa. Dari beberapa hari yang lalu bayangan gang-gang dan jalan-jalan di Depok dan deru kereta yang melintas beberapa meter di belakang kosan mulai kembali terngiang. Selama liburan, banyak hal yang kulakukan. Lebih tepatnya, banyak hal yang kulakukan berulang-ulang. Anehnya, liburan hanya berdiam di rumah tidak pernah membosankan.
Semakin hari mendekat semakin terlihat bayangan kamarku yang pasti kosong, lemari bajuku yang isinya baju-baju yang kuanggap usang dan tak layak dibawa (merasa tidak bersyukur), dan adikku Bina yang mungkin sesekali bermain di kamar. Bagian terakhir aku tidak tahu pasti. Karena biasanya Bina, hanya berada di rumah pada siang hari dan mulai sore menjelang malam. Sedikit waktunya untuk sekedar bertegur sapa debu dan kasur di kamarku, mungkin. Bina jadi salah satu dari hanya tiga yang tersisa di rumah. Yang pasti rumah masih akan mendengar celoteh Bina dan murid-murid "khayalan"nya. Bagian ini aku tahu pasti, karena ini juga biasa.
Hal yang tidak pernah kukeluhkan mungkin ketika berada di rumah. Terlepas dari berbagai kegaduhan, tawa, dan hal-hal yang kulakukan berulang-ulang, ada hal yang tidak bisa dijelaskan mengenai mengapa aku selalu nyaman di rumah. Selalu senang pulang ke rumah atau sekadar mengingat panas matahari menembus jeruji jendela kamar. Beberapa jam lagi, untuk kesekian kalinya aku kembali pergi. Mungkin menurut orang lain pergi dari rumah itu hal yang biasa, namun untuk yang satu ini aku tak pernah terbiasa.
Hari ini hari Minggu. Rumah seperti biasa. Seperti biasa lagi, terhitung beberapa jam ke depan aku kembali meninggalkan rumah, meninggalkan kota dan meninggalkan Pulau Sumatera. Biasa. Dari beberapa hari yang lalu bayangan gang-gang dan jalan-jalan di Depok dan deru kereta yang melintas beberapa meter di belakang kosan mulai kembali terngiang. Selama liburan, banyak hal yang kulakukan. Lebih tepatnya, banyak hal yang kulakukan berulang-ulang. Anehnya, liburan hanya berdiam di rumah tidak pernah membosankan.
Semakin hari mendekat semakin terlihat bayangan kamarku yang pasti kosong, lemari bajuku yang isinya baju-baju yang kuanggap usang dan tak layak dibawa (merasa tidak bersyukur), dan adikku Bina yang mungkin sesekali bermain di kamar. Bagian terakhir aku tidak tahu pasti. Karena biasanya Bina, hanya berada di rumah pada siang hari dan mulai sore menjelang malam. Sedikit waktunya untuk sekedar bertegur sapa debu dan kasur di kamarku, mungkin. Bina jadi salah satu dari hanya tiga yang tersisa di rumah. Yang pasti rumah masih akan mendengar celoteh Bina dan murid-murid "khayalan"nya. Bagian ini aku tahu pasti, karena ini juga biasa.
Hal yang tidak pernah kukeluhkan mungkin ketika berada di rumah. Terlepas dari berbagai kegaduhan, tawa, dan hal-hal yang kulakukan berulang-ulang, ada hal yang tidak bisa dijelaskan mengenai mengapa aku selalu nyaman di rumah. Selalu senang pulang ke rumah atau sekadar mengingat panas matahari menembus jeruji jendela kamar. Beberapa jam lagi, untuk kesekian kalinya aku kembali pergi. Mungkin menurut orang lain pergi dari rumah itu hal yang biasa, namun untuk yang satu ini aku tak pernah terbiasa.
Comments
Post a Comment